AYO KITA BERBAGI ILMU DAN PENGALAMAN!

Minggu, 26 Februari 2017

Makalah spermatogenesis

               
BAB I PENDAHULUAN.

LATAR BELAKANG
Dalam mempertahankan hidup. Manusia melakukan berbagai upaya, salah satunya adalah mempertahankan eksistensinya dengan cara bereproduksi. Reproduksi adalah suatu proses biologis suatu individu/organisme baru, diproduksi. Reproduksi merupakan cara dasar mempertahankan diri yang dilakukan oleh semua bentuk kehidupan oleh pendahulu setiap individu/organisme untuk menghasilkan suatu generasi selanjutnya. Cara reproduksi secara umum dibagi menjadi dua jenis, yakni seksual dan aseksual. Reproduksi seksual membutuhkan keterlibatan dua individu yang biasanya dilakukan jenis kelamin yang berbeda. Reproduksi pada manusia normal adalah contoh umum reproduksi seksual. Secara umum, organisme yang lebih kompleks melakukan reproduksi secara seksual, sedangkan organisme yang lebih sederhana seperti makhluk bersel satu melakukan reproduksi secara aseksual. Dalam reproduksi aseksual, suatu individu dapat melakukan reproduksi tanpa keterlibatan individu lain dari spesies yang sama. Pembelahan pada sel bakteri menjadi dua sel anak adalah contoh dari reproduksi aseksual.
Manusia dalam melakukan reproduksi seksualnya tersebut, melewati beberapa tahapan yaitu dengan melakukan hubungan seksual antar individu yang berbeda jenis kelamin, yang nantinya berujung pada pembuahan dan akhirnya kelahiran, yang dalam proses ini, di butuhkan proses-proses lainya yang nantinya ikut berperan dalam proses reproduksi tersebut salah satunya adalah spermatogenesis yaitu proses pembentukan sel sperma pada pria yang peranannya memang sangat penting. Berdasarkan hal tersebut maka, kami tertarik untuk membahas lebih dalam tentang “Spermatogenesis”.


RUMUSAN MASALAH.
Berdasarkan latar belakang di atas, kami merumuskan masalah sebagai berikut :
Apa itu Spermatogenesis ?
Bagaimana proses Spermatogenesis dan tahapan-tahapan dalam proses tersebut ?
Apa fungsi dari proses Spermatogenesis ?

TUJUAN PENULISAN.
        Adapun tujuan dari penulisan ini yaitu, untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan kepada kami. Dan untuk lebih mengerti tentang Spermatogenesis.

MANFAAT PENULISAN
Agar dengan penulisan ini kami berharap dapat lebih memahami tentang :
Pengertian Spermatogenesis
Proses Spermatogenesis serta tahapan-tahapan di dalamnya dan
 Fungsi dari proses spermatogenesis tersebut.

METODE PENULISAN
Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini yaitu menggunakan metode studi literature, dimana sumber yang digunakan adalah referensi dari internet.





BAB III PENUTUP.

KESIMPULAN
Spermatogenesis adalah proses di mana sel-sel germinal primordial pria yang disebut spermatogonium menjalani meiosis, dan menghasilkan sejumlah sel yang disebut spermatozoa. Salah satu sel awal dalam jalur ini disebut spermatosit primer. Setiap spermatosit primer membelah menjadi dua spermatosit sekunder, dan masing-masing spermatosit sekunder menjadi dua spermatid atau spermatozoa muda.
Tempat pembentukan sperma berada pada Tubulus Seminiferus di dalam testis. Proses pembentukan sperma ini dinamakan Spermatogenesis. Pada Tubulus Seminiferus terdapat dinding yang terlapisi oleh sel Germinal Primitif yang mengalami kekhususan. Sel germinal ini disebut Spermatogonium. Setelah mengalami pematangan, spermatogonium memperbanyak diri sehingga membelah secara terus-menerus (Mitosis). Dalam proses pembentukan sperma (Spermatogenesis) dipengaruhi oleh beberapa hormon, yaitu :
Hormon FSH
Hormon LH
Adapun tahapan-tahapan dalam proses spermatogenesis tersebut antara lain :
Tahapan Spermatocytogenesis
Tahapan Meiosis
Tahapan Spermiogenesis
Setelah terbentuk spermatozoa melalui tahapan-tahapan di atas, Sperma kinin  terdiri dari tiga bagian yaitu kepala sperma, leher sperma dan ekor sperma. Yang mana pada kepala sperma terdapat akrosom yang berfungsi untuk melindungi kepala sperma, Leher Sperma, yang pada bagian ini banyak mengandung mitokondria, sehingga tempat ini merupakan tempat oksidasi sel untuk membentuk energi, sehingga sperma dapat bergerak aktif dan yang terakhir Ekor Sperma, yang merupakan alat gerak sperma menuju ovum.
Tujuan dari spermatogenesis adalah untuk menciptakan gamet jantan dewasa, yang secara efektif dapat membuahi gamet betina untuk membentuk organisme bersel tunggal yang disebut zigot, yang akhirnya mengarah ke pembelahan dan perbanyakan sel untuk membentuk janin. Juga, untuk memiliki keturunan yang sehat, jumlah kromosom harus dipertahankan dalam jumlah tetap pada tubuh, yang, kegagalan dapat menyebabkan kelainan seperti sindrom Klinefelter, sindrom Down, atau aborsi janin. Spermatogenesis bekerja untuk menghindari hal ini.

      B. SARAN
     Proses spermatogenesis sangat penting dalam sistem reproduksi manusia. Maka kita perlu memahami betul tentang spermatogenesis serta menjaga segala aspek yang mempengaruhi spermatogenesis tersebut, yang mana separuh dari aspek-aspek tersebut  diantaranya adalah menerapkan pola hidup yang baik; meliputi nutrisi, olahraga, istirahat yang cukup dan sebagainya. Terutama bagi pria mengingat proses spermatogenesis terjadi pada organ reproduksi pria.


BAB IV DAFTAR ISI

https://id.wikipedia.org/wiki/Proses_Pembentukan_Sperma_(Spermatogenesis). Diakses pada tanggal 7 november 2016, pukul 14.18 WIB.
http://fungsi.web.id/2015/05/pengertian-fungsi-dan-proses-spermatogenesis.html. diakses pada tanggal 7 november 2016, pukul 14.20 WIB.


Selasa, 21 Februari 2017

Makalah preeklamsi dan eklamsi dengan pengobatan diuretik

PREKLAMSI  DENGAN  PENGOBATAN  DIURETIK
        Dosen Pengampu :Indrawati Kurnia Setyani,S.Farm.,Apt



Disusun Oleh kelompok 3 :
Listi Eka Fitriana 16150014
Rina Setiawati 16150015
Devi Nala Sari 16150016
Listiyo Natarici 16150017
Leni marlina 16150018
Elityas Suprabawati 16150019
Endah Lestari 16150020

    Kelas: A.13.1
PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA
TAHUN AKADEMIK
2016/2017



KATA PENGANTAR

               Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang maha Esa Yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga Makalah dengan judul “unsur-unsur kebudayaan dan sistem budaya serta sistem sosial”  ini dapat selesai dengan tepat waktu. Terwujudnya makalah ini, tidak terlepas dari bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu kami selaku penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1.    Indrawati Kurnia Setyani,S.Farm.,Apt  selaku dosen pengampu pada mata kuliah ilmu sosial budaya dasar yang telah memberikan ilmu  dan sumbangsinya dalam menyusun makalah ini.
2.      Bapak dan Ibu tercinta yang telah memberikan motivasi dan dukungan baik moral maupun spiritual.
3.      Teman-teman yang tercinta yang telah sabar untuk meluangkan waktunya untuk berdiskusi dalam menyusun makalah ini.
4.      Dan semua pihak yang telah membantu dalam  menyusun makalah ini.
Dalam makalah ini terdapat beberapa pembahasan materi mengenai “Diuretik dan Hipertensi”. Namun dalam penyusunannya masih terdapat banyak kekurangan oleh karena itu kritik dan saran yang membangun diharapkan penulis dari semua pihak, agar kedepannya lebih baik lagi dalam menyusun makalah.  
Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, baik itu  penulis terlebih kepada pembacanya.


Yogyakarta,13 Februari 2017









DAFTAR ISI

Kata pengantar ...........................................................................        i
Daftar isi .....................................................................................       ii

BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang ....................................................................         1
B.  Tujuan ..................................................................................        1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hipertensi  ...……………………………….....    
B. Preklamsi........................................................................
C. Eklamsi..........................................................................
D. Diuretik................................................................
E. Studi kasus mengenai bayi baru lahir dengan ibu preklamsi berat
BAB III
PENUTUP
A.                Kesimpulan ……………………………...........................    
            DAFTAR PUSTAKA ………………………………………......    










BAB I PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Preeklampsia dan eklampsia merupakan kesatuan penyakit yang disebabkan oleh kehamilan walaupun belum jelas bagaimana terjadi. Diindonesia preeclampsia, eklampsia, disamping perdarahan dan infeksi masih merupakan sebab utama kematian ibu dan sebab kematian perinatal yang tinggi. (professor dotor dokter sarwono prawirhadjo, DSOG).
Angka kematian Ibu dan bayi saat ini masih sangat tinggi. Terutama untuk ibu hamil yang tinggal di desa-desa, selain karena pengetahuan ibu hamil yang kurang dan tidak begitu mengerti tentang kesehatan juga karena perawatan dalam persalinan masih di tangani oleh petugas non medik dan sistem rujukan yang belum sempurna. (Prof. dr.H. Muh.Dikman Angsar, SpOG, tahun 2005).
Salah satu penyebab dari tingginya mortalitas dan morbiditas ibu bersalin adalah hipertensi yang karena tidak di tangani dengan benar berujung pada preeklsamsia dan eklamsia. Hipertensi dalam kehamilan merupakan 5 – 15 % penyulit kehamilan. Oleh karena itu, ditekankan bahwa pengetahuan tentang pengelolaan sindroma preeklamsi ringan dengan hipertensi, odema dan protein urine harus benar–benar dipahami dan ditangani dengan benar oleh semua tenaga medis. (Prof. dr.H. Muh.Dikman Angsar, SpOG, tahun 2005).
Preeklampsia adalah penyakit pada wanita hamil yang secara langsung disebabkan oleh kehamilan. Pre-eklampsia adalah hipertensi disertai proteinuri dan edema akibat kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan. Gejala ini dapat timbul sebelum 20 minggu bila terjadi. Preeklampsia hampir secara eksklusif merupakan penyakit pada multipara. Biasanya terdapat pada wanita masa subur dengan umur ekstrem yaitu pada remaja belasan tahun atau pada wanita yang berumur lebih dari 35 tahun.
Eklampsia merupakan kelainan akut pada wanita hamil, dalam persalinan atau nifas, yang ditandai dengan timbulnya kejang dan / atau koma. Biasanya Sebelumnya wanita hamil itu menunjukkan gejala-gejala pre-eklampsia (kejang-kejang dipastikan BUKAN timbul akibat kelainan neurologik lain).

B. Tujuan
1. Untuk mengetahui lebih banyak tentang preklamsi
2. Untuk mengetahui lebih banyak tentang eklamsi
3. Untuk mengetahui pengobatan preklamsi dengan menggunakan pengobatan diuretik
HIPERTENSI
Hipertensi adalah kondisi tekanan darah tingi dan dapat mengakibatkan penyakit lain seperti penyakit jantung. Tekanan darah adalah kekuatan darah yang mendorong melawan dinding arteri, dan jantung yang memompa darah melawan arteri.
Hipertensi dibagi menjadi 2 yaitu
 hipertensi primer
Juga disebut hipertensi ‘esensial’ atau ‘idiopatik’ dan merupakan 95% dari kasus-kasus hipertensi. Tekanan darah merupakan hasil curah jantung dan resistensi vaskular, sehingga tekanan darah meningkat jika curah jantung meningkat, restensi vaskular perifer bertambah, atau keduanya. Pada hipertensi, curah jantung cenderung menurun dan resistensi perifer meningkat. Adanya hipertensi juga menyebabkan penebalan dinding arteri dan arteriol, mungkin sebagian diperantari oleh faktor yang dikenal sebagai pemicu hipertrofi vaskular dan vasokonstriksi (insulin, katekolamin, angiotensin, hormon pertumbuhan), sehingga menjadi alasan sekunder dari hipertensi yang sudah ada telah menyebabkan penelitian etiologi semakin sulit dan observasi ini terbuka untuk berbagai interpretasi.
hipertensi sekunder
hipertensi sekunder adalah hipertensi yang disebabkan/ sebagai akibat dari adanya penyakit lain yaitu akibat penyakit jantung/ginjal, diabetes, atau tumor dari kelenjar adrenal, obat-obatan, maupun kehamilan.

PREEKLAMSI
Adalah peningkatan tekenan darah setelah 20 minggu kehamilan disertai proteinuria. Kondisi ini dapat membahayakan organ-organ lainnya, seperti ginjal, hati, dan mata

Penyebab Preeklampsi

Plasenta adalah salah satu organ penting yang berfungsi untuk menyalurkan darah dari ibu ke bayi di dalam kandungan. Munculnya preeklampsia diduga karena adanya gangguan perkembangan pada plasenta, yang disebabkan oleh masalah pada pembuluh darah pemasok plasenta. Faktor genetik atau adanya riwayat keluarga yang pernah mengalami preeklampsia juga diduga berperan dalam mekanisme penyakit ini. Namun, penyebab pasti kondisi ini belum sepenuhnya dipahami.

Pada keadaan normal, plasenta mendapatkan suplai darah yang banyak dan konstan untuk mendukung perkembangan bayi. Namun pada kondisi preeklampsia, plasenta diduga tidak mendapatkan cukup darah. Hal ini mengakibatkan suplai darah kepada bayi terganggu. Berbagai sinyal dan substansi dari plasenta yang terganggu menyebabkan tingginya tekanan darah.

Faktor lain yang mungkin dapat memengaruhi munculnya preeklampsia, antara lain:
Kehamilan pertama
Pernah mengalami preeklampsia pada kehamilan sebelumnya
Mempunyai masalah medis lain, yaitu tekanan darah tinggi, diabetes, dan lupus
Usia lebih dari 40 tahun
Jarak kehamilan lebih dari 10 tahun dari kehamilan sebelumnya
Obesitas pada awal kehamilan

Gejala-gejala Preeklampsi
Preeklampsia umumnya jarang disertai dengan gejala-gejala tertentu, maka wanita hamil perlu melakukan pemeriksaan kehamilan secara teratur dan mengecek tekanan darah. Tekanan darah yang tinggi bisa menjadi gejala awal preeklampsia. Waspadai jika tekanan darah mencapai 140/90 mm/Hg atau lebih.

Gejala lainnya yang mungkin muncul dapat berupa sakit kepala hebat, mengalami gangguan penglihatan, sensitif terhadap cahaya, sesak nafas, mual, dan muntah. Selain itu, nyeri dapat muncul pada perut bagian atas, tepatnya di bawah rusuk sebelah kanan.

Pre-eklamsia digolongkan menjadi 2 golongan :

Pre-eklamsia ringan

    kenaikan tekanan darah diastolik 15 mmHg atau >90 mmHg dengan 2 kali pengukuran berjarak 1jam atau tekanan diastolik sampai 110mmHg
kenaikan tekanan darah sistolik 30 mmHg atau > atau mencapai 140 mmHg.
protein urin positif 1, edema umum, kaki, jari tangan dan muka. Kenaikan BB > 1Kg/mgg.


Pre-eklampsia berat :

    tekanan diastolik >110 mmhg
protein urin positif 3, oliguria (urine, 5gr/L). hiperlefleksia, gangguan penglihatan, nyeri epigastrik, terdapat edema dan sianosis, nyeri kepala, gangguan kesadaran.


PATALOGI
Pre-eklamsi ringan jarang sekali menyebabkan kematian ibu. Oleh karena itu, sebagian besar pemeriksaaan anatomik patologik berasal dari penderita eklampsi yang meninggal. Pada penyelidikan akhir-akhir ini dengan biopsi hati dan ginjal ternyata bahwa perubahan anatomi-patologik pada alat-alat itu pada pre-eklamsi tidak banyak berbeda dari pada ditemukakan pada eklamsi. Perlu dikemukakan disini bahwa tidak ada perubahan histopatologik khas pada pre-eklamsi dan eklamsi. Perdarahan, infark, nerkosis ditemukan dalam berbagai alat tubuh. Perubahan tersebut mungkin sekali disebabkan oleh vasospasmus arteriola. Penimbunan fibrin dalam pembuluh darah merupakan faktor penting juga dalam patogenesis kelainan-kelainan tersebut.






PERUBAHAN-PERUBAHAN PADA ORGAN SAAT PREEKLAMSI

Perubahan hati
 Perdarahan yang tidak teratur, Terjadi nekrosis, trombosis pada lobus hati, Rasa nyeri di epigastrium karena perdarahan subkapsuler

Retina
 Spasme areriol, edema sekitar diskus optikus, Ablasio retina (lepasnya retina), Menyebabkan penglihatan kabur

Otak
Spasme  pembuluh darah arteriol otak menyebabkan anemia jaringan otak, perdarahan dan nekrosis. Menimbulkan nyeri kepala yang berat

Paru-paru
Berbagai tingkat edema, Bronkopnemonia sampai abses. Menimbulkan sesak nafas sampai sianosis

Jantung
Perubahan degenerasi lemak dan edema, Perdarahan sub-endokardial. Menimbulkan dekompensasio kordis sampai terhentinya fungsi jantung

Aliran darah keplasenta
Spasme arteriol yang mendadak menyebabkan asfiksia berat sampai kemaian janin. Spasme yang berlangsung lama, mengganggu  pertumbuhan janin

Perubahan ginjal
Spasme arteriol menyebabkan aliran darah ke ginjal menurun sehingga fitrasi glomerolus berkurang Penyerapan air dan garam tubulus tetap terjadi retensi air dan garam Edema pada tungkai dan tangan, paru dan organ lain

Perubahan pembuluh darah
Permeabilitasnya terhadap protein makin tinggi sehingga terjadi vasasi protein ke jaringan Protein ekstravaskuler menarik air dan garam menimbulkan edema Hemokonsentrasi darah yang menyebabkan gangguan fungsi metabolisme tubuh dan trombosis.

Cara Mengatasi Preeklampsi
Jika wanita hamil terdeteksi mengalami preeklampsia, akan melakukan pemeriksaan lebih sering dibandingkan pemeriksaan rutin yang biasa dilakukan akan melakukan beberapa tes guna mengetahui kondisi bayi dalam kandungan.
Tata laksana preeklamsia yang paling utama adalah persalinan. Apabila usia kandungan tidak terlalu muda, biasanya akan menyarankan untuk melakukan proses kelahiran lebih cepat agar tidak membahayakan kondisi ibu dan bayi dalam kandungan.
Namun, jika usia kandungan masih terlalu muda dan preeklampsia telah terdeteksi sejak dini, akan melakukan beberapa hal untuk mengatasinya.
cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi preeklampsi.
Penurunan tekanan darah. Pada kondisi preeklampsia tekanan darah akan tinggi, sehingga dibutuhkan perawatan yang dapat menurunkan antihipertensi. Tidak semua obat antihipertensi aman bagi ibu hamil. Jadi sebelum tekanan darah atau disebut mengonsumsi obat tersebut, diskusikan terlebih dahulu dengan dokter.
Obat antikejang. Magnesium sulfat sering dipakai untuk mengatasi dan mencegah kejang. Dokter akan memberikan obat ini jika preeklampsia tergolong berat.
Kortikosteroid. Kortikosteroid biasanya diberikan jika ibu hamil mengalami kondisi preeklampsia atau sindrom HELLP (hemolisis, peningkatan enzim hati, dan kadar platelet rendah). Kortikosteroid dapat meningkatkan fungsi trombosit dan hati untuk mencegah persalinan terlalu awal. Selain itu, kortikosteroid juga dapat membantu mematangkan paru-paru bayi agar jika harus lahir prematur, bayi dapat bernapas dengan baik.
Rawat inap. Jika preeklampsia yang dialami ibu hamil tergolong berat, kemungkinan dokter akan meminta untuk melakukan rawat inap agar dokter dapat dengan mudah mengontrol kondisi ibu hamil, bayi di dalam kandungan, dan kadar cairan amniotik. Kurangnya cairan amniotik merupakan tanda adanya masalah dengan suplai darah pada bayi.

EKLAMSI
Eklamsi adalah kelainan akut pada ibu hamil, saat hamil tua, persalinan atau masa nifas ditandai dengan timbulnya kejang atau koma, dimana sebelumnya sudah menunjukkan gejala-gejala pre eklamsi (hipertensi, edema, proteinuri).
Istilah eklampsia berasal dari bahasa Yunani dan berarti "halilintar". Kata tersebut dipakai karena seolah-olah gejala-gejala eklampsia timbul dengan tiba-tiba tanpa didahului oleh tanda-tanda lain.
Penyebab Etiologi Eklamsi
Sebab eklamsi belum diketahui benar. Salah satu teori yang dikemukakan ialah bahwa eklamsi disebabkan ischaemia rahim dan plasenta (ischaemia uteroplasenta). Selama kehamilan uterus memerlukan darah lebih banyak.
Pada molahidatidosa, hydramnion, kehamilan ganda, multipara, pada akhir kehamilan, pada persalinan, juga pada penyakit pembuluh darah ibu, diabetes, peredaran darah dalam dinding uterus kurang, maka keluarlah zat-zat dari plasenta atau decidua yang menyebabkan vasospasmus dan hipertensi.
Gejala eklamsi
. Eklampsia pada umumnya timbul pada wanita hamil atau dalam nifas dengan tanda-tanda preeklampsia. Pada wanita yang menderita eklampsia timbul serangan kejang yang diikuti oleh koma bila tidak segera mendapatkan penanganan medis pengobatan dan perawatan eklamsia yang tepat.Tanda dan gejalanya sebagai berikut:
Sakit kepala hebat
Gangguan penglihatan
Nyeri epigastrik
Muntah
Nyeri tekan dihati
Klonus/hiperrefleksia
Trombosit rendah
Papiloedema
Fungsi hati abnormal (ALT [alanine transminase] atau AST [aspartate transaminase] > 70 IU/l)
Penanganan eklamsi
Pengobatan medikamentosa
Tujuan utama pengubatan medikamentosa eklampsia ialah mencegah dan menghentikan kejang, mencegah dan mengatasi penyulit, khususnya hipertensi krisis, mencapai stabilisasi ibu seoptimal mungkin sehingga dapat melahirkan janin pada saat dan dengan cara yang tepat.
1)   Obat anti kejang
Antikejang yang menjadi pilihan utama ialah mangnesium sulfat. Bila dengan jenis obat ini kejang masih sukar diatasi, dapat dipakai obat jenis lain, misalnya thiopental. Diazepam dapat dipakai sebagai alternative pilihan, namun mengingat dosis yang diperlukan sangat tinggi, pemberian diazepam hanya dilakukan oleh mereka yang telah berpengalaman. Pemberian diuretikum hendaknya selalu disertai dengan memonitor plasma elektrolit. Obat kardiotonika ataupun obat-obat antihipertensi hendaknya selalu disiapkan dan diberikan benar-benar atas indikasi.
2)   Magnesium sulfat (MgSO4)
Pemberian magnesium sulfat pada dasarnya sama seperti pemberian magnesium sulfat pada preeklampsia berat. Pengobatan suportif terutama ditujukan untuk gangguan fungsi organ-organ penting, misalnya tindakan-tindakan untuk memperbaiki asidosis, mempertahankan ventilasi paru-paru, mengatur tekanan darah, mencegah dekompensasi kordis.
2.      Pengobatan obstetric
Sikap terhadap kehamilahn ialah semua kehamilan dengan eklampsia harus diakhiri, tanpa memandang umur kehamilan dan keadaan janin. Persalinan diakhiri bila sudah mencapai stabilisasi (pemulihan) hemodinamika dan metabolisme ibu. Pada perawatan pasca persalinan, bila persalinan terjadi pervaginam, monitoring tanda-tanda vital dilakukan sebagimana lazimnya.
Prognosis
Bila penderita tidak terlambat dalam pemberian pengobatan, maka gejala perbaikan akan tampak jelas setelah kehamilannya diakhiri. Segera setelah persalinan berakhir perubahan patofisiologik akan segera pula mengalami perbaikan. Dieresis terjadi 12 jam kemudian setelah persalinan. Keadaan ini merupakan tanda prognosis yang baik, karena hal ini merupakan gejala pertama penyembuhan. Tekanan darah kembali normal dalam beberapa jam kemudian.
JENIS-JENIS OBAT YANG DIGGUNAKAN
Magnesium sulfat
Merupakan antikonvulsan yang efektif dan membantu mencegah kejang kambuhan dan mempertahankan aliran darah ke uterus dan aliran darah ke fetus. Magnesium sulfat  berhasil mengontrol kejang eklamptik pada >95% kasus. Selain itu zat ini memberikan keuntungan fisiologis untuk fetus dengan meningkatkan aliran darah ke uterus.
Fenitoin
Fenitoin telah berhasil digunakan untuk mengatasi kejang eklamptik. Fenitoin bekerja menstabilkan aktivitas neuron dengan menurunkan flux ion di seberang membran depolarisasi. Keuntungan fenitoin adalah dapat dilanjutkan secara oral untuk beberapa hari sampai risiko kejang eklamtik berkurang.
Diazepam
Telah lama digunakan untuk menanggulangi kegawatdaruratan pada kejang eklamptik. Mempunyai waktu paruh yang pendek dan efek depresi SSP yang signifikan.
Hidralazin
Merupakan vasodilator arteriolar langsung yang menyebabkan takikardi dan peningkatan cardiac output. Hidralazin membantu meningkatkan aliran darah ke uterus dan mencegah hipotensi. Hidralazin dimetabolisir di hati. Dapat mengontrol hipertensi pada 95% pasien dengan eklampsia.
Labetalol
Merupakan beta-bloker non selektif. Tersedia dalam preparat IV dan per oral. Digunakan sebagai pengobatan alternatif dari idralazin ada penderita eklampsia.
Nifedipin
Merupakan Calcium Channel Blocker yang mempunyai efek vasodilatasi kuat arteriolar. Hanya tersedia dalam bentuk preparat oral.






DIURETIK
Diuretik : golongan obat-obatan yang sifatnya meningkatkan produksi air kencing, digunakan sebagai terapi pada penderita tekanan darah tinggi.
Golongan obat diuretik yang umum diresepkan contohnya HCT (hydrochlorothiazide) dan Spironolakton.
Efek samping dari penggunaan jangka panjang bisa berupa hipokalemi (kadar kalium rendah dalam darah), dan hiperurisemia (kadar asam urat meningkat dalam darah) Penggunaan diuretik harus dihindari pada pasien tekanan darah tinggi disertai kencing manis (diabetes) atau pada penderita kolesterol.
GOLONGAN DIURETIK
Diuretik dapat dibagi menjadi 5 golongan yaitu :
1. Diuretik osmotik
Diuretik osmotik mempunyai tempat kerja :
a. Tubuli proksimal
Diuretik osmotik ini bekerja pada tubuli proksimal dengan cara menghambat reabsorpsi natrium dan air melalui daya osmotiknya.
b. Ansa enle
Diuretik osmotik ini bekerja pada ansa henle dengan cara menghambat reabsorpsi natrium dan air oleh karena hipertonisitas daerah medula menurun.
c. Duktus Koligentes
Diuretik osmotik ini bekerja pada Duktus Koligentes dengan cara menghambat reabsorpsi natrium dan air akibat adanya papillary wash out, kecepatan aliran filtrat yang tinggi, atau adanya faktor lain.
Istilah diuretik osmotik biasanya dipakai untuk zat bukan elektrolit yang mudah dan cepat diekskresi oleh ginjal. Contoh dari diuretik osmotik adalah ; manitol, urea, gliserin dan isisorbid.
2. Diuretik golongan penghambat enzim karbonik anhidrase
Diuretik ini merintangi enzim karbonanhidrase di tubuli proksimal sehingga di samping karbonat , juga Na dan K di ekskresikan lebih banyak bersama dengan air. Khasiat diuretiknya hanya lemah, setelah beberapa hari terjadi tachyfylaxie, maka perlu digunakan secara selang seling (intermittens). Diuretic bekerja pada tubuli Proksimal dengan cara menghambat reabsorpsi bikarbonat.
Yang termasuk golongan diuretik ini adalah asetazolamid, diklorofenamid dan meatzolamid.
3. Diuretik golongan tiazid
Diuretik golongan tiazid ini bekerja pada hulu tubuli distal dengan cara menghambat reabsorpsi natrium klorida. Efeknya lebih lemah dan lambat tetapi tertahan lebih lama (6-48 jam) dan terutama digunakan dalam terapi pemeliharaan hipertensi dan kelemahan jantung (dekompensatio cardis). Obat-obat ini memiliki kurva dosis efek datar, artinya bila dosis optimal dinaikkan lagi efeknya (dieresis, penurunan tekanan darah) tidak bertambah.Obat-obat diuretik yang termsuk golongan ini adalah ; klorotiazid, hidroklorotiazid, hidroflumetiazid, bendroflumetiazid, politiazid, benztiazid, siklotiazid, metiklotiazid, klortalidon, kuinetazon, dan indapamid.
4. Diuretik hemat kalium
Diuretik hemat kalium ini bekerja pada hilir tubuli distal dan duktus koligentes daerah korteks dengan cara menghambat reabsorpsi natrium dan sekresi kalium dengan jalan antagonisme kompetitif (sipironolakton) atau secara langsung (triamteren dan amilorida).efek obat-obat ini hanya melemahkan dan khusus digunakan terkombinasi dengan diuretika lainnya guna menghemat ekskresi kalium. Aldosteron menstimulasi reabsorbsi Na dan ekskresi K. proses ini dihambat secara kompetitif (saingan) oleh obat-obat ini. Amilorida dan triamteren dalam keadaan normal hanyalah lemah efek ekskresinya mengenai Na dan K. tetapi pada penggunaan diuretika lengkungan dan thiazida terjadi ekskresi kalium dengan kuat, maka pemberian bersama dari penghemat kalium ini menghambat ekskresi K dengan kuat pula. Mungkin juga ekskresi dari magnesium dihambat.
5. Diuretik kuat
Diuretik kuat ini bekerja pada Ansa Henle bagian asenden pada bagian dengan epitel tebal dengan cara menghambat transport elektrolit natrium, kalium, dan klorida. Obat-obat ini berkhasiat kuat dan pesat tetapi agak singkat (4-6 jam). Banyak digunakan pada keadaan akut, misalnya pada udema otak dan paru-paru. Memperlihatkan kurva dosis efek curam, artinya bila dosis dinaikkan
Yang termasuk diuretik kuat adalah ; asam etakrinat, furosemid dan bumetamid


STUDI KASUS
BAYI BARU LAHIR PADA BAYI NY. M DENGAN IBU PRE EKLAMSI BERAT
Hari/ Tanggal  : Jumat, 18.07.2014
Waktu             : 19.47
Tempat            : Ruang Perinatologi RSUD Indramayu
A.    DATA SUBJEKTIF
1.      Identitas bayi
Nama bayi                   : By Ny. M
Umur                           : 0 jam
Tanggal/jam lahir         : 18.07.2014/ 19.47 WIB
Jenis kelamin               : Laki-laki
2.      Identitas orang tua
Nama Ibu        : Ny. M                        Nama Suami    : Tn.  M
Umur               : 20 Tahun                   Umur               : 29 Tahun
Pendidikan      : SMA                         Pendidikan      : SD
Pekerjaan         : IRT                            Pekerjaan         : Nelayan
Agama             : Islam                         Agama             : Islam
Suku bangsa    : Jawa                          Suku bangsa    : Jawa
Alamat             : Desa Paoman rt/rw 04.02 Kec. Indramayu

B.     DATA OBJEKTIF
Tanggal 18 Juli 2014 jam 19.47 WIB bayi lahir hidup, spontan segera menangis, warna kulit kemerahan kecuali daerah ekstremitas, gerakan  aktif, presentasi kepala, ketuban (-), jenis kelamin Perempuan,  keadaan umum cukup baik, gerakan cukup aktif, tangisan kuat, warna kulit kemerahan, Apgar Skor 6/8, ibu dengan PEB.
C.     PENATALAKSANAAN
1.      Membina hubungan baik dengan ibu dan keluarga bayi àHubungan dengan ibu dan keluarga bayi terbina dengan baik
2.      Melakukan informed consent untuk dilakukan pemeriksaan pada bayi à ibu dan keluarga bayi menyetujui tindakan yang akan dilakukan
3.      Menilai keadaan bayi baru lahir  bayi lahir spontan segera menangis, warna kulit kemerahan, gerakan aktif.
4.      Melakukan penjepitan, pemotongan dan pengikatan tali pusat àtindakan telah dilakukan, tali pusat terpotong dan terikat
5.      Bayi dibungkus dengan kain kemudian bayi di bawa ke ruang perinatologi untuk diberikan tindakan lebih lanjut à bayi langsung dibawa ke ruang perinatologi
6.      Menghangatkan bayi àmeletakan bayi di penghangat.
7.      Bersihkan bayi dengan rangsang taktil  à bayi menangis kuat
8.      Pemberian Vit K dan cairan tetes mata à Vit K dan cairan tetes mata telah di berikan
9.      Pemberian Antibiotik Antilaksis à diberikan secara peroral
10.  Pemeriksaan Antropometri à Berat Badan : 2500 gram  Panjang Badan : 49 cm  Lingkar Kepala : 33 cm   Lingkar Dada : 31 cm
11.  Observasi tanda – tanda vital à jam 19.47 Denyut jantung: 140x/menit, R: 40x/menit, S: 36,5oC
12.  Memberitahu ibu dan keluarga tentang hasil pemeriksaan bahwa keadaan umum bayi baik àibu dan keluarga mengetahui hasil pemeriksaan
13.  Hangatkan kembali tubuh bayi dengan di bedong à memakai kain bersih dan kering





BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Hipertensi adalah kondisi tekanan darah tingi dan dapat mengakibatkan penyakit lain seperti penyakit jantung. Tekanan darah adalah kekuatan darah yang mendorong melawan dinding arteri, dan jantung yang memompa darah melawan arteri.
Preklamsi adalah peningkatan tekenan darah setelah 20 minggu kehamilan disertai proteinuria. Kondisi ini dapat membahayakan organ-organ lainnya, seperti ginjal, hati, dan mata
Eklamsi adalah kelainan akut pada ibu hamil, saat hamil tua, persalinan atau masa nifas ditandai dengan timbulnya kejang atau koma, dimana sebelumnya sudah menunjukkan gejala-gejala pre eklamsi (hipertensi, edema, proteinuri).
Diuretik : golongan obat-obatan yang sifatnya meningkatkan produksi air kencing, digunakan sebagai terapi pada penderita tekanan darah tinggi.


DAFTAR PUSTAKA
http://mustikacintaku.blogspot.co.id/p/golongan-diuretik_05.html
http://www.alodokter.com/waspadai-preeklampsia-di-masa-kehamilan
http://ayouaone.blogspot.co.id/2013/05/preeklamsi-dan-eklamsia-obstetri.html
http://portalkesehatanku.blogspot.co.id/2015/01/tanda-gejala-preeklamsia-eklamsia-dan.html
http://zesranita.blogspot.co.id/2015/03/penanganan-kegawat-daruratan-pada-kasus.html

Minggu, 19 Februari 2017

Rangkuman standar pelayanan kebidanan ke V-VIII

RANGKUMAN
 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN KE V – VIII


Standar V : Kebijakan Dan Prosedur


  • Pengelolaan pelayanan kesehtan memiliki kebijakan penyelenggaraan pelayanan dan pembinaan personil menuju pelyanan yang berkualitas
  • Definisi oprasional 
Ada kebijakan tertulis tentang segala prosedur pelayanan dan standar pelayanan yang sudah di sahkan oleh pimpinan
Ada prosedur rekrukmen tenaga yang jelas
Ada regulasi internal sesuai dengan peraturan yang berlaku untuk mengatur hak dan kewajiban personil
Ada kebijakan dan prosedur dalam pembinaan personil

Standar VI : Pengembangan staff dan program pendidikan


  • Pengelolaan pelayanan kebidanan memiliki program pengembangan staaf dan perencanaan pendidikan sesuai dengan kebutuhan pelayanan kesehatan
  • Definisi operasional

Ada program pembinan staff dan program secara berkesinambungan
Ada program dan orientasi bagi bidan / personil baru dan lama agar dapat beradaptasi dengan pekerjaan
Ada data hasil identifikasi dan hasil evaluasi hasil pelatihan

Standar VII : Standar asuhan


  • Pengolola pelayanan kebidanan mempunyai standar asuhan/ manajemen kebidanan yang di terapkan sebgai pedoman untuk memberikan pelayanan kepada pasien
  • Definisi oprasional

Standar manajemen asuhan kebidanan (SMAK) sebagai acuan
Ada format menajemen kebidanan yang tercatat pada cxatatn medik
Ada pengkajian askeb pada setiap pasien
Ada diagnose kebidanan
Ada rencana asuhan kebidanan
Ada dokumen tertulis tentang tindakan yang dilakuklan bidan
Ada catatan perkembanmgan dalam catatan askeb
Ada evalusiasi dal;am meberikan askeb
Ada dokumentasi untuk manajemen kebidanan

Standar VIII : Evaluasi dan pengendalian mutu


  • Pengelola pelayanan kebidanan memiliki program dam plaksanaan dalam evaluasi dam pengendalian m,utu pelayanan kebideanan yang di lakukan secara kesinambungan

Definisi oprasional
Ada program/ rencanan tertulis tentang peningkatan mutu pelayanan kebidanan
Ada program/ rencanan tertulis tuntuk melakukan penilaian terhadap standar asuhan kebidanan
Ada bukti tertulis tentang evaluasi pelayanan dan rencanan tindak lanjut
Ada bukti tertulis dari risalah rapat sebagai hasil dari kegiatan pengendalian mutu asuhan dan pelayanan kegiatan
Ada laporan tertulus yang di publikasikan secara teratur kepada semua staff pelayanan kebidanan

Jumat, 17 Februari 2017

Indikator Pelayanan Rumah Sakit



INDIKATOR PELAYANAN RUMAH SAKIT

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar belakang
Rumah sakit adalah salah satu sarana upaya kesehatan yang menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesehatan yang berperan mendukung pencapaian derajat kesehatan masyarakat yang optimal.Rumah sakit berperan dalam upaya kuratif dan rehabilitatif, yang bertujuan memulihkan status kesehatan seseorang dari sakit menjadi sehat, di samping melakukan kegiatan preventif dan promotif kesehatan (Dharmawan, 2006).Salah satu upaya kuratif dan rehabilitatif yang dilakukan oleh rumah sakit yaitu dengan disenggarakannya Unit Rawat Inap (URI), yang bertujuan merawat pasien sakit dan memulihkan kesehatannya.Unit Rawat Inap (URI) suatu rumah sakit memiliki peran penting dalam pengelolaan rumah sakit, hal ini dikarenakan sebagian besar pendapatan rumah sakit berasal dari pelayanan yang diberikan oleh Unit Rawat Inap (URI).Dalam pengelolaan Unit Rawat Inap (URI), salah satu aspek yang perlu diperhatikan adalah pengelolaan tempat tidur pasien.Pengelolaan tempat tidur pasien perlu mendapat perhatian besar dari manajemen Rumah Sakit karena sebagai tempat perawatan pasien, perlu diatur guna memperoleh efisiensi penggunaanya. Evaluasi dapat dilakukan dengan relokasi tempat tidur yaitu dengan dengan mengurangi tempat tidur pada bangsal yang okupansinya rendah, dipindah ke bangsal  yang tingkat penggunaannya tinggi, bahkan cenderung over load, atau menutupnya bahkan mengganti pelayanan lain yang lebih efisien dan menguntungkan. Evaluasi penggunaan tempat tidur, agar tepat dapat menggunakan indikator Bed Occupancy Rate (BOR).  Bed Turn Over (BTO), Average Length Of Stay (AVLOS) dan Turn Over Interval (TOI), serta melihat kecenderungannya tiap waktu. Oleh karena itu, dengan menggunakan ke empat indikator tersebut dapat diketahui apakah tempat tidur yang disediakan telah digunakan efisien atau belum.Hal yang melatarbelakangi saya untuk menyusun sebuah makalah  tentang Indikator pelayanan rumah sakit dapat dipakai untuk mengetahui tingkat pemanfaatan, mutu, dan efisiensi pelayanan rumah saki.
B.     TUJUAN
1.      Mengetahui apa itu rumah sakit dan tujuan dari sebuah rumah sakit
2.      Mengetahui tugas dan fungsi rumah sakit
3.      Untuk mengetahui indicator pelayanan sebuah rumah sakit
C.    MANFAAT
1.      Mahasiswa dapat mengetahui indicator pelayanan rumah sakit yang dipakai untuk menhetahui tingkat pemanfaatan, mutu dan efisiensi pelayanan rumah sakit.




BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pegertian rumah sakit
Rumah sakit adalah salah satu sarana kesehatan tempat menyelenggarakan upaya kesehatan dengan memberdayakan berbagai kesatuan personel terlatih dan terdidik dalam menghadapi dan menangani masalah medik untuk pemulihan dan pemeliharaan kesehatan yang baik.Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan yang bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat dan tempat yang digunakan untuk menyelenggarakannya disebut sarana kesehatan.Sarana kesehatan berfungsi melakukan upaya kesehatan dasar, kesehatan rujukan dan atau upaya kesehatan penunjang.Upaya kesehatan diselenggarakan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif) yang diselenggarakan secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan (Siregar, 2004).
Menurut WHO (World Health Organization), rumah sakit adalah bagian integral dari suatu organisasi sosial dan kesehatan dengan fungsi menyediakan pelayanan paripurna (komprehensif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan pencegahan penyakit (preventif) kepada masyarakat. Rumah sakit juga merupakan pusat pelatihan bagi tenaga kesehatan dan pusat penelitian medik. Berdasarkan undang-undang No. 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit, yang dimaksudkan dengan rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.
B.     Tujuan Rumah Sakit
Tujuan Rumah Sakit menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 44 tahun 2009 tentang rumah sakit adalah:
1.      Mempermudah akses masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan.
2.      Memberikan perlindungan terhadap keselamatan pasien, masyarakat, lingkungan rumah sakit dan sumber daya manusia di rumah sakit.
3.      Meningkatkan mutu dan mempertahankan standar pelayanan rumah sakit.
4.      Memberikan kepastian hukum kepada pasien, masyarakat, sumber daya manusia rumah sakit, dan Rumah Sakit
C.    Tugas dan Fungsi Rumah Sakit
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit, rumah sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna.Pelayanan kesehatan paripurna adalah pelayanan kesehatan yang meliputi promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009, rumah sakit umum mempunyai fungsi:
1.      Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai denganstandar pelayanan rumah sakit.
2.      Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan kesehatan yang paripurna.
3.      Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan.
4.      Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi bidang kesehatan dalamrangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan.
D.    Perundangan yang Berlaku di Rumah Sakit
1.      Undang-undang Republik Indonesia nomor 44 tahun 2009 tentang rumah sakit
2.      Undang-Undang Rumah Sakit, Permenkes No. 159 b/1988 tentang Rumah Sakit 
3.      Surat edaran Dirjen Pelayanan Medik No. YM.01.04.3.5.2504 tentang Pedoman Hak dan Kewajiban Pasien, Dokter dan Rumah Sakit.
E.     Indikator pelayanan rumah sakit
Indikator-indikator pelayanan rumah sakit dapat dipakai untuk mengetahui tingkat pemanfaatan, mutu, dan efisiensi pelayanan rumah sakit. Indikator-indikator berikut bersumber darisensus harian rawat inap :
1.      BOR (Bed Occupancy Ratio = Angka penggunaan tempat tidur)
BOR menurut Huffman (1994) adalah “the ratio of patient service days to inpatient bed count days in a period under consideration”.Sedangkan menurut Depkes RI (2005), BOR adalah prosentase pemakaian tempat tidur pada satuan waktu tertentu. Indikator ini memberikan gambaran tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah sakit.Nilai parameter BOR yang ideal adalah antara 60-85% (Depkes RI, 2005).
Standar  BOR yang ideal menurut Depkes RI (2005) adalah antara 60-85%.  Nilai ideal untuk BOR yang disarankan adalah 75% - 85%. Angka ini sebenarnya tidak bisa langsung digunakan begitu saja untuk semua jenis Ruah Sakit, misalnya rumah sakit penyakit khusus tentu beda polanya dengan Rumah sakit umum. Begitu pula Rumah sakit disuatu daerah tentu beda penilaian tingkat ―kesuksesan‖ BOR-nya dengan daerah lain. Hal ini bisa dimungkinkan karena perbedaan sosial budaya dan ekonomi setempat.Sebagai catatan bahwa semakin tinggi nilai BOR berarti semakin tinggi pula penggunaan tempat tidur yang ada untuk perawatan pasien.Namun perlu diperhatikan bahwa semakin banyak pasien yang dilayani berarti semakin sibuk dan semakin berat pula beban kerja petugas di unit tersebut.Akibatnya, pasien bisa kurang mendapat perhatian yang dibutuhkan (kepuasan pasien menurun) dan kemungkinan infeksi nosokomial juga meningkat.  Disisi lain, semakin rendah BOR berarti semakin sedikit tempat tidur yang digunakan untuk merawat pasien dibandingkan dengan TT yang telah disediakan. Jumlah pasien yang sedikit ini bisa menimbulkan kesulitan pendapatan ekonomi bagi pihak RS.Dengan memperhatikan hal-hal tersebut diatas maka perlu adanya suatu nilai ideal yang menyeimbangkan kualitas medis, kepuasan pasien, keselamatan pasien, dan aspek pendapatan ekonomi bagi pihak Rumah Sakit.
Rumus perhitungan BOR :
Rumus :                                Jumlah hari perawatan                            X 100%
Jumlah tempat tidur X jumlah hari persatuan waktu
BOR dihitung dengan cara membandingkan jumlah tempat tidur yang terpakai (O) dengan jumlah TT yang tersedia (A). Perbandingan ini ditunjukkan dalam bentuk persentase (%). Jadi, rumus dasar untuk menghitung BOR yaitu:
BOR = (O/A) x 100% 
Keterangan :
ü  O : tempat tidur yang terpakai 
ü  A : tempat tidur yang tersedia 
Nilai rata-rata (rerata) jumlah tempat tidur terpakai dalam suatu periode (O) sama dengan jumlah HP (hari perawatan) dalam periode tersebut dibagi dengan jumlah hari dalam periode yang bersangkutan (t).

2.      AVLOS (Average Length of Stay = Rata-rata lamanya pasien dirawat)
AVLOS menurut Huffman (1994) adalah “The average hospitalization stay of inpatient discharged during the period under consideration”. AVLOS menurut Depkes RI (2005) adalah rata-rata lama rawat seorang pasien.Indikator ini disamping memberikan gambaran tingkat efisiensi, juga dapat memberikan gambaran mutu pelayanan, apabila diterapkan pada diagnosis tertentu dapat dijadikan hal yang perlu pengamatan yang lebih lanjut.Secara umum nilai AVLOS yang ideal antara 6-9 hari (Depkes, 2005).
Rumus perhitungan AVLOS :
Rumus : jumlah hari perawatan pasien keluar X 100%
             Jumlah pasien keluar (hidup + mati)
Keterangan :
ü  Jumlah hari perawatan pasien keluar adalah jumlah hari perawatan pasien keluar hidup atau mati dalam satu periode waktu.
ü  Jumlah pasien keluar (hidup + mati) adalah jumlah pasien yang pulang atau meninggal dalam satu periode tertentu
3.      TOI (Turn Over Interval = Tenggang perputaran)
TOI menurut Depkes RI (2005) adalah rata-rata hari dimana tempat tidur tidak ditempati dari telah diisi ke saat terisi berikutnya.Indikator ini memberikan gambaran tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur.Idealnya tempat tidur kosong tidak terisi pada kisaran 1-3 hari.
Rumus perhitungan TOI :
Rumus : ( jumlah TT x hari) – hari perawatan X 100% :
               Jumlah pasien keluar (hidup + mati)
Keterangan :
ü  Jumlah TT : jumlah total kapasitas tempat tidur yang dimiliki.
ü  Hari perawatan :jumlah total hari perawatan pasien yang keluar hidup dan mati.
ü  Jumlah pasien keluar (hidup + mati) adalah jumlah pasien yang dimutasikan keluar baik pulang, lari atau meninggal.

4.      BTO (Bed Turn Over = Angka perputaran tempat tidur)
BTO menurut Huffman (1994) adalah“...the net effect of changed in occupancy rate and length of stay”. BTO menurut Depkes RI (2005) adalah frekuensi pemakaian tempat tidur pada satu periode, berapa kali tempat tidur dipakai dalam satu satuan waktu tertentu.Idealnya dalam satu tahun, satu tempat tidur rata-rata dipakai 40-50 kali.
Rumus perhitungan BTO :
Rumus : jumlah pasien keluar (hidup + mati)     X 100% :
                         Jumlah tempat tidur
Keterangan :
ü  Jumlah TT : jumlah total kapasitas tempat tidur yang dimiliki.
ü  Jumlah pasien keluar (hidup + mati) adalah jumlah pasien yang dimutasikan keluar baik pulang, lari atau meninggal 
5.      NDR (Net Death Rate)
NDR menurut Depkes RI (2005) adalah angka kematian 48 jam setelah dirawat untuk tiap-tiap 1000 penderita keluar. Indikator ini memberikan gambaran mutu pelayanan di rumah sakit.
Rumus perhitungan NDR :
Rumus :  jumlah pasien mati > 48 jam      X 100% :
              Jumlah pasien keluar (hidup + mati )


Keterangan :
ü  Jumlah pasien meninggal > 48 jam dirawat.
ü  Jumlah pasien keluar (hidup + mati)  adalah jumlah pasien yang dimutasikan keluar baik pulang, lari atau meninggal
NDR = —————————————————- X 1000 ‰
Jumlah pasien keluar hidup & meninggal
NDR = Net Death Rate adalah angka kematian 48 jam setelah dirawat untuk tiap-tiap 1000 penderita keluar RS.
6.      GDR (Gross Death Rate)
GDR menurut Depkes RI(2005) GDR adalah angka kematian umumuntuk setiap 1000 penderita keluar.
Rumus perhitungan GDR :
Rumus : jumlah pasien mati seluruhnya X 100%
          (jumlah pasien keluar (hidup + mati)


BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Indikator - indikator yang digunakan dalam pelayanan rumah sakit seperti BOR,LOS, TOI dan BTO berfungsi untuk memantau kegiatan yang ada di unit rawatinap dengan cara menilai dan mengevaluasi kegiatan yang ada di unit rawat inapuntuk perencanaan maupun laporan pada instansi vertical Indikator-indikator yang digunakan untuk menilai cakupan pelayanan unitrawat inap adalah BOR dan BTO, sedangkan indikator yang digunakan untuk menilaimutu pelayanan unit rawat inap adalah GDR dan NDR, dan indikator yang digunakan untuk menilai efisiensi pelayanan unit rekam medis adalah LOS dan TOI.


DAFTARPUSTAKA

Depkes RI. (2008). Pedoman Teknis Sarana Dan Prasarana Bangunan Bangunan Instalasi Rawat Inap (Umum) Retrieved Februari 10, 2014. Departemen Kesehatan-RI.
chariswanti,ajeng.(2013) analisa kebutuhan tempat tidur pada bangsal Kelas iii rsud kota semarang berdasarkan Perhitungan indikator barber johnson tahun:semarang. http://eprints.dinus.ac.id/7900/1/jurnal_12997.pdf
Sudra, Rano Indardi. 2010. Statistik Rumah sakit.Yogyakarta : Graha Ilmu.