INDIKATOR PELAYANAN RUMAH SAKIT
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
belakang
Rumah sakit adalah salah satu sarana upaya kesehatan
yang menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesehatan yang berperan mendukung
pencapaian derajat kesehatan masyarakat yang optimal.Rumah sakit berperan dalam
upaya kuratif dan rehabilitatif, yang bertujuan memulihkan status kesehatan
seseorang dari sakit menjadi sehat, di samping melakukan kegiatan preventif dan
promotif kesehatan (Dharmawan, 2006).Salah satu upaya kuratif dan rehabilitatif
yang dilakukan oleh rumah sakit yaitu dengan disenggarakannya Unit Rawat Inap
(URI), yang bertujuan merawat pasien sakit dan memulihkan kesehatannya.Unit
Rawat Inap (URI) suatu rumah sakit memiliki peran penting dalam pengelolaan
rumah sakit, hal ini dikarenakan sebagian besar pendapatan rumah sakit berasal
dari pelayanan yang diberikan oleh Unit Rawat Inap (URI).Dalam pengelolaan Unit
Rawat Inap (URI), salah satu aspek yang perlu diperhatikan adalah pengelolaan
tempat tidur pasien.Pengelolaan tempat tidur pasien perlu mendapat perhatian besar
dari manajemen Rumah Sakit karena sebagai tempat perawatan pasien, perlu diatur
guna memperoleh efisiensi penggunaanya. Evaluasi dapat dilakukan dengan
relokasi tempat tidur yaitu dengan dengan mengurangi tempat tidur pada bangsal
yang okupansinya rendah, dipindah ke bangsal
yang tingkat penggunaannya tinggi, bahkan cenderung over load, atau
menutupnya bahkan mengganti pelayanan lain yang lebih efisien dan
menguntungkan. Evaluasi penggunaan tempat tidur, agar tepat dapat menggunakan
indikator Bed Occupancy Rate (BOR). Bed
Turn Over (BTO), Average Length Of Stay (AVLOS) dan Turn Over Interval (TOI),
serta melihat kecenderungannya tiap waktu. Oleh karena itu, dengan menggunakan
ke empat indikator tersebut dapat diketahui apakah tempat tidur yang disediakan
telah digunakan efisien atau belum.Hal yang melatarbelakangi saya untuk
menyusun sebuah makalah tentang
Indikator pelayanan rumah sakit dapat dipakai untuk mengetahui tingkat pemanfaatan, mutu,
dan efisiensi pelayanan rumah saki.
B.
TUJUAN
1. Mengetahui
apa itu rumah sakit dan tujuan dari sebuah rumah sakit
2. Mengetahui
tugas dan fungsi rumah sakit
3. Untuk
mengetahui indicator pelayanan sebuah rumah sakit
C.
MANFAAT
1. Mahasiswa
dapat mengetahui indicator pelayanan rumah sakit yang dipakai untuk menhetahui
tingkat pemanfaatan, mutu dan efisiensi pelayanan rumah sakit.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pegertian
rumah sakit
Rumah
sakit adalah salah satu sarana kesehatan tempat menyelenggarakan upaya
kesehatan dengan memberdayakan berbagai kesatuan personel terlatih dan terdidik
dalam menghadapi dan menangani masalah medik untuk pemulihan dan pemeliharaan
kesehatan yang baik.Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan yang bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang
optimal bagi masyarakat dan tempat yang digunakan untuk menyelenggarakannya
disebut sarana kesehatan.Sarana kesehatan berfungsi melakukan upaya kesehatan
dasar, kesehatan rujukan dan atau upaya kesehatan penunjang.Upaya kesehatan
diselenggarakan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan
(promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan
pemulihan kesehatan (rehabilitatif) yang diselenggarakan secara menyeluruh,
terpadu dan berkesinambungan (Siregar, 2004).
Menurut WHO (World Health Organization),
rumah sakit adalah bagian integral dari suatu organisasi sosial dan kesehatan
dengan fungsi menyediakan pelayanan paripurna (komprehensif), penyembuhan
penyakit (kuratif) dan pencegahan penyakit (preventif) kepada masyarakat. Rumah
sakit juga merupakan pusat pelatihan bagi tenaga kesehatan dan pusat penelitian
medik. Berdasarkan undang-undang No. 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit, yang
dimaksudkan dengan rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.
B.
Tujuan Rumah Sakit
Tujuan
Rumah Sakit menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 44 tahun 2009
tentang rumah sakit adalah:
1. Mempermudah akses masyarakat untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan.
2. Memberikan perlindungan terhadap keselamatan
pasien, masyarakat, lingkungan rumah sakit dan sumber daya manusia di rumah
sakit.
3. Meningkatkan mutu dan mempertahankan
standar pelayanan rumah sakit.
4. Memberikan kepastian hukum kepada
pasien, masyarakat, sumber daya manusia rumah sakit, dan Rumah Sakit
C.
Tugas
dan Fungsi Rumah Sakit
Menurut
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit, rumah
sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan perorangan secara
paripurna.Pelayanan kesehatan paripurna adalah pelayanan kesehatan yang
meliputi promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Berdasarkan
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009, rumah sakit umum
mempunyai fungsi:
1. Penyelenggaraan
pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai denganstandar pelayanan
rumah sakit.
2. Pemeliharaan
dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan kesehatan yang
paripurna.
3. Penyelenggaraan
pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam rangka peningkatan kemampuan
dalam pemberian pelayanan kesehatan.
4. Penyelenggaraan
penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi bidang kesehatan
dalamrangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu
pengetahuan bidang kesehatan.
D.
Perundangan yang Berlaku di Rumah
Sakit
1. Undang-undang Republik Indonesia
nomor 44 tahun 2009 tentang rumah sakit
2. Undang-Undang Rumah Sakit, Permenkes
No. 159 b/1988 tentang Rumah Sakit
3. Surat edaran Dirjen Pelayanan Medik
No. YM.01.04.3.5.2504 tentang Pedoman Hak dan Kewajiban Pasien, Dokter dan
Rumah Sakit.
E.
Indikator pelayanan rumah sakit
Indikator-indikator pelayanan rumah sakit dapat dipakai
untuk mengetahui tingkat pemanfaatan, mutu, dan efisiensi pelayanan rumah
sakit. Indikator-indikator berikut bersumber darisensus harian rawat inap :
1. BOR (Bed Occupancy Ratio = Angka
penggunaan tempat tidur)
BOR
menurut Huffman (1994) adalah “the ratio of patient service days to inpatient
bed count days in a period under consideration”.Sedangkan menurut Depkes RI
(2005), BOR adalah prosentase pemakaian tempat tidur pada satuan waktu
tertentu. Indikator ini memberikan gambaran tinggi rendahnya tingkat
pemanfaatan tempat tidur rumah sakit.Nilai parameter BOR yang ideal adalah
antara 60-85% (Depkes RI, 2005).
Standar BOR yang
ideal menurut Depkes RI (2005) adalah antara 60-85%. Nilai ideal untuk BOR yang disarankan adalah
75% - 85%. Angka ini sebenarnya tidak bisa langsung digunakan begitu saja untuk
semua jenis Ruah Sakit, misalnya rumah sakit penyakit khusus tentu beda polanya
dengan Rumah sakit umum. Begitu pula Rumah sakit disuatu daerah tentu beda
penilaian tingkat ―kesuksesan‖ BOR-nya dengan daerah lain. Hal ini bisa
dimungkinkan karena perbedaan sosial budaya dan ekonomi setempat.Sebagai
catatan bahwa semakin tinggi nilai BOR berarti semakin tinggi pula penggunaan
tempat tidur yang ada untuk perawatan pasien.Namun perlu diperhatikan bahwa
semakin banyak pasien yang dilayani berarti semakin sibuk dan semakin berat
pula beban kerja petugas di unit tersebut.Akibatnya, pasien bisa kurang
mendapat perhatian yang dibutuhkan (kepuasan pasien menurun) dan kemungkinan
infeksi nosokomial juga meningkat.
Disisi lain, semakin rendah BOR berarti semakin sedikit tempat tidur yang
digunakan untuk merawat pasien dibandingkan dengan TT yang telah disediakan.
Jumlah pasien yang sedikit ini bisa menimbulkan kesulitan pendapatan ekonomi
bagi pihak RS.Dengan memperhatikan hal-hal tersebut diatas maka perlu adanya
suatu nilai ideal yang menyeimbangkan kualitas medis, kepuasan pasien,
keselamatan pasien, dan aspek pendapatan ekonomi bagi pihak Rumah Sakit.
Rumus perhitungan BOR :
Rumus :
Jumlah hari perawatan X 100%
Jumlah
tempat tidur X jumlah hari persatuan waktu
|
BOR dihitung dengan cara
membandingkan jumlah tempat tidur yang terpakai (O) dengan jumlah TT yang
tersedia (A). Perbandingan ini ditunjukkan dalam bentuk persentase (%). Jadi,
rumus dasar untuk menghitung BOR yaitu:
BOR = (O/A) x 100%
Keterangan :
ü O : tempat tidur yang terpakai
ü A : tempat tidur yang tersedia
Nilai rata-rata (rerata) jumlah
tempat tidur terpakai dalam suatu periode (O) sama dengan jumlah HP (hari
perawatan) dalam periode tersebut dibagi dengan jumlah hari dalam periode yang
bersangkutan (t).
2. AVLOS (Average Length of Stay =
Rata-rata lamanya pasien dirawat)
AVLOS
menurut Huffman (1994) adalah “The average hospitalization stay of inpatient
discharged during the period under consideration”. AVLOS menurut Depkes RI
(2005) adalah rata-rata lama rawat seorang pasien.Indikator ini disamping
memberikan gambaran tingkat efisiensi, juga dapat memberikan gambaran mutu
pelayanan, apabila diterapkan pada diagnosis tertentu dapat dijadikan hal yang
perlu pengamatan yang lebih lanjut.Secara umum nilai AVLOS yang ideal antara
6-9 hari (Depkes, 2005).
Rumus
perhitungan AVLOS :
Rumus : jumlah hari perawatan
pasien keluar X 100%
Jumlah pasien keluar (hidup +
mati)
|
Keterangan :
ü Jumlah hari perawatan pasien keluar
adalah jumlah hari perawatan pasien keluar hidup atau mati dalam satu periode
waktu.
ü Jumlah pasien keluar (hidup + mati)
adalah jumlah pasien yang pulang atau meninggal dalam satu periode tertentu
3. TOI (Turn Over Interval = Tenggang
perputaran)
TOI
menurut Depkes RI (2005) adalah rata-rata hari dimana tempat tidur tidak
ditempati dari telah diisi ke saat terisi berikutnya.Indikator ini memberikan
gambaran tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur.Idealnya tempat tidur kosong
tidak terisi pada kisaran 1-3 hari.
Rumus
perhitungan TOI :
Rumus : ( jumlah TT x hari) – hari perawatan X 100%
:
Jumlah pasien keluar (hidup +
mati)
|
Keterangan :
ü Jumlah TT : jumlah total kapasitas
tempat tidur yang dimiliki.
ü Hari perawatan :jumlah total hari
perawatan pasien yang keluar hidup dan mati.
ü Jumlah pasien keluar (hidup + mati)
adalah jumlah pasien yang dimutasikan keluar baik pulang, lari atau meninggal.
4. BTO (Bed Turn Over = Angka
perputaran tempat tidur)
BTO
menurut Huffman (1994) adalah“...the net effect of changed in occupancy rate
and length of stay”. BTO menurut Depkes RI (2005) adalah frekuensi pemakaian
tempat tidur pada satu periode, berapa kali tempat tidur dipakai dalam satu
satuan waktu tertentu.Idealnya dalam satu tahun, satu tempat tidur rata-rata
dipakai 40-50 kali.
Rumus
perhitungan BTO :
Rumus : jumlah pasien keluar
(hidup + mati) X 100% :
Jumlah tempat tidur
|
Keterangan
:
ü Jumlah TT : jumlah total kapasitas
tempat tidur yang dimiliki.
ü Jumlah pasien keluar (hidup + mati)
adalah jumlah pasien yang dimutasikan keluar baik pulang, lari atau
meninggal
5. NDR (Net Death Rate)
NDR
menurut Depkes RI (2005) adalah angka kematian 48 jam setelah dirawat untuk
tiap-tiap 1000 penderita keluar. Indikator ini memberikan gambaran mutu
pelayanan di rumah sakit.
Rumus
perhitungan NDR :
Rumus : jumlah pasien mati > 48 jam X 100% :
Jumlah pasien keluar (hidup +
mati )
|
Keterangan
:
ü Jumlah pasien meninggal > 48 jam
dirawat.
ü Jumlah pasien keluar (hidup +
mati) adalah jumlah pasien yang
dimutasikan keluar baik pulang, lari atau meninggal
NDR = —————————————————- X 1000 ‰
Jumlah pasien keluar hidup &
meninggal
NDR = Net Death Rate adalah angka
kematian 48 jam setelah dirawat untuk tiap-tiap 1000 penderita keluar RS.
6. GDR (Gross Death Rate)
GDR
menurut Depkes RI(2005) GDR adalah angka kematian umumuntuk setiap 1000 penderita
keluar.
Rumus
perhitungan GDR :
Rumus : jumlah pasien mati
seluruhnya X 100%
(jumlah pasien keluar (hidup +
mati)
|
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Indikator - indikator
yang digunakan dalam pelayanan rumah sakit seperti BOR,LOS, TOI dan BTO
berfungsi untuk memantau kegiatan yang ada di unit rawatinap dengan cara
menilai dan mengevaluasi kegiatan yang ada di unit rawat inapuntuk perencanaan
maupun laporan pada instansi vertical Indikator-indikator yang digunakan untuk
menilai cakupan pelayanan unitrawat inap adalah BOR dan BTO, sedangkan
indikator yang digunakan untuk menilaimutu pelayanan unit rawat inap adalah GDR
dan NDR, dan indikator yang digunakan untuk menilai efisiensi pelayanan unit
rekam medis adalah LOS dan TOI.
DAFTARPUSTAKA
Depkes
RI. (2008). Pedoman Teknis Sarana Dan Prasarana Bangunan Bangunan Instalasi
Rawat Inap (Umum) Retrieved Februari 10, 2014. Departemen Kesehatan-RI.
chariswanti,ajeng.(2013)
analisa kebutuhan tempat tidur pada bangsal Kelas iii rsud kota semarang
berdasarkan Perhitungan indikator barber johnson tahun:semarang. http://eprints.dinus.ac.id/7900/1/jurnal_12997.pdf
Sudra, Rano Indardi. 2010. Statistik
Rumah sakit.Yogyakarta : Graha Ilmu.
http://www.depkes.go.id/resources/download/peraturan/UU%20No.%2044%20Th%202009%20ttg%20Rumah%20Sakit.PDF diakses 17 desember 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Mari Berbagi Pendapat.